Pagi ini begitu cerah, aku buru-buru berangkat ke sekolah. Sekolahku adalah sekolah terbaik di kampungku.
Namaku Sabila dan aku punya sahabat yang bernama Guli. Aku dan Guli bersahabat sejak kecil. Guli adalah anak dari tukang penjual permen. Pukul 07:30 aku berangkat ke sekolah bersama Guli. Tiba-tiba di tengah perjalanan, aku melihat sesuatu yang ada di dalam tasnya.
“Guli, apa yang ada di tas mu itu apakah itu permen?” tanyaku.
“Iya itu permenku, Buu menyuruhku untuk menjual permen ini setelah aku pulang sekolah,” Jawab Guli.
Akupun merasa kasihan menglihat sahabatku yang begitu kesulitan dia pun berkata kepada Guli, “Guli, Apakah aku bisa membantu mu? aku sangat mahir dalam menjual makanan,”
“Tapi… Aku tidak ingin kamu merasa lelah. Aku menjual permen ini di terik matahari nantik kamu akan merasa lelah Sabila. Aku tidak mau menglihatmu capek Sabilakarena kamu tidak pernah bermain di terik matahari seperti ini, makanya aku tidak ingin kamu tau kalau aku selalu jualan permen di saat pulang sekolah,”
“Apakah hanya anak yang penjual permenn saja yang boleh bermain di terik matahari sedangkan anak seperti ku tidak boleh?”
“Bukan begitu Sabila, aku hanya tidak ingin melihat kamu merasa lelah saja,”
“Kamu tidak perlu merasa seperti itu Guli aku memang anak seorang juragan, tapi aku adalah sahabatmu mana mungkin aku akan melihat temanku yang sedang menghadapi masalah,”
“Baik lah kalau begitu kamu boleh membantu Sabila, tapi kalau kamu merasa lelah sebaiknya kamu istirahat saja bagaimana, Dil?”
“Dil,”
Akhirnya tiba di sekolah, aku dan Sabilapun langsung menuju ke kelas. Hari ini kami masuk pelajar dengan Bu Nani kami sering menyebutnya dengan sebutan Bu Nyanyi karena Bu sering sekali menyayi di kelas padahal Bu Nani itu Bukanlah guu vokal. Beliau memegang mata pelajara prakarya karena Bu Nani itu sering menyanyi jadi semua sekolah ini sering menyebut nya degan sebutan Bu nyayi.
Bu Nani pun masuk ke kelas kami, kami dapat tugas dari Bu Nani untuk mencari tau apa keinginan kami untuk masa depan yang akan mendatang. Aku pun bingung pada diriku sendiri aku tidak pernah sekalipun memikirkan sesuatu untuk masa depanku.
Aku pun bertanya kepada Guli apa yang sedang dipikirkan Guli tentang masa depan nya “Guli, Apakah kamu punya keinginan untuk masa depanmu? Karena aku sangat bingung dengan masa depanku karena aku tidak pernah sekali pun memikirkan masa depan. Sejak aku kecil aku tidak pernah merasa kalau aku kekurangan apapun dalam hidupku. Guli, jadi aku harus apa Guli? Bahkan aku tidak memikirkan untuk melanjutkan sekolahku karena aku merasa untuk apa aku melanjutkan sekolahku? Ayahku saja seorang pengusaha dan ibu juga seorang pengusaha. Jadi, untuk apa aku harus melanjutkan pendidikanku. Ibu masih sanggup untuk membiayai hidupku. Menurutku hanya orang yang susah saja yang harus melanjutkan pendidikannya. Kenapa? karena sejak dia kecil dia sudah hidup susah. Jadi, jika dia ingin menjadi orang yang sukses dia harus melanjutkan pendidikannya. Apa yang telah aku katakan benar kan Guli? Bukannya aku ingin menghina mu Guli aku hanya mengatakan yang sebenarnya.”
“Sabila, Apakah kamu yakin kamu tidak punya keinginan untuk masa depan mu? Aku pikir kamu akan melanjutkan pendidikanmu. Apakah kamu tidak merasa kasihan kepada orang tua mu? Mereka sudah susah payah mencari uang untukmu agar kamu bisa berhasil dan masa depanmu lebih baik?”
“Apa yang kau kata kan itu benar sekali Guli, tapi aku harus apa? Aku saja tidak pernah memikirkannya. Apakah aku harus jadi seorang dokter gigi?”
“Ide yang sangat bagus Sabila. Sejak kamu kecil kamu sangat ingin menjadi seorang dokter gigi Bukan?”
“Iya Guli, aku sangat menginginkan menjadi dokter gigi. Baiklah.”
“Bagaimana kalau kamu buat saja tugas yang diberika guru adalah kamu ingin menjadi dokter gigi di masa depan nantik. Bagaimana, apakah kamu setuju?”
“Baiklah Guli terima kasih atas sarannya kamu memang sahabat terbaikku. Ohya, Guli kamu ingin buat apa untuk masa depan mu? Apakah kamu akan melanjutkan pendidikanmu Guli atau kamu ingin jualan sama seperti ibumu? Maaf Guli aku mengatakan ini karena ada anak seorang guru di sekolah kita selalu mengejek kamu seperti itu. Kamu harus semangat Guli.”
Aku dan Guli pun pulang dari sekolah kami pun langsung pergi untuk berjualan permen gulali di tepi jalan. Hari itu hari yang sangat beruntung, aku dan Guli bisa menghabiskan permen yang kami jual tadi aku dan Guli pun pulang.
Dua minggu berlalu Guli dan aku mengikuti sebuah perlombaan yang ada di sosmed aku dan Guli ikut dalam perlombaan rangking satu di provinsi. Guli memang terkenal sangat pintar di sekolahku tapi dia tidak pernah sekalipun mendapat kan peringkat satu. Kenapa? karena ada anak guru yang selalu menganggu aku dan Guli bahkan anak guru itu pernah mengurung Guli dalam wc. Untung saja saat itu ada orang yang lewat dan segera membukakan pintu, sejak kejadian itu Guli melapor ke pada kepala sekolah. Namun, kepala sekolah kami tidak percaya dengan apa yang Guli karena Guli hanyalah seorang anak penjual permen gulali karena itu penyebabnya Guli tidak pernah mendapatkan peringkat satu. Menurut yang aku lihat di sekolahku ini hanya lah siswa yang memiliki orang yang orang tuanya seorang pegawai, pengusaha, dan lainya yang mendapat peringkat.
Semingu berlalu akhirnya Guli mengikuti perlombaan yang diadakan di kota kami. Guli pun berangkat menuju perlombaan yang akan diadakan di kota. saat berangkat aku dan Guli berbicara dengan panjang lebar.
“Guli semangat yaa kamu harus tunjukkan kepada dunia kalau kamu itu bisa …ok…ok..”
“Tentu Sabila, aku akan berusaha sekuat yang aku bisa, tapi aku mau kamu selalu mendoakan dan mendukungku.”
”Tentu saja Guli. Aku pasti akan selalu mensupport kamu. Kita ini kan sahabat. Jadi, sebagai sahabat aku akan selalu mendukungmu dan akan selalu memberikan semangat kepadamu. Kalau kamu sudah sampai di sana jangan lupa kabari aku ya… Oke?”
Guli pun berangkat dan sampai ditujuan. Guli mengabari kepadaku bahwa Guli sudah sampai di tempat perlombaan itu. Hari pun berlalu Guli akhirnya tiba di puncak perlombaan. Guli pun mendapat peringkat pertama di provinsi. Guli akan di kirim ke Amerika serikat. Aku merasa sangat bangga denga Guli. Akhirnya Guli pun pulang dari Amerika serikat Guli juara pertama di lomba rangking satu begitu banyak logam dan piala berserta sertifikasi yang di berikan nya kepada Guli. Guli disambut oleh guru bahkan pemerintah provinsi.
Kami ikut menyambut kedatangan Guli karena Guli berhasil mebawa nama baik kota kami. Ibu Guli merasa sangatlah bangga telah memiliki seorang anak yang baik dan bisa membawa nama baik orang tuanya. Akhinya, guru dan kepala sekolah di sekolah kami menghormati Guli bahkan orang yang sering mengagu Guli pun sangat menghormatinya.
Sejak hari itu Guli sangat dihargai oleh para guru di sekolah kami, bahkan sekolah kami mendapatkan penghargaan dari pemerintah pendidikan atas prestasi yang didapatkan oleh Guli bahkan nama sekolah kami sangat terkenal di berbagai wilayah yang ada di kota kami. Sejak hari itu sekolah kami termasuk sekolah paling hebat di dalam sejarah di kota kami dan kami di berikan gelar sebagai sekolah pengerak pertama yang ada di kota kami.
Atikah Mufida
Siswa SMAN 2 Aceh Barat Daya